Profile of Surabaya
The
History of Surabaya
|
The name “Surabaya” appeared at
early Majapahit era. It was locally believed to derive its name from the
words Sura or Suro (shark) and Baya or Boyo (crocodile), two creatures which,
in a local myth, fought each other in order to gain the title of “the
strongest and most powerful animal” in the area according to Jayabaya prophecy.
Other historic sources explain that the symbol of Sura (shark) and Baya
(crocodile) is actually to discribe heroic event took place in Ujung Galuh
(the past name of Surabaya), that is a battle between army led by raden
widjaja and army troop Tar Tar on May 31st 1293. The date which is then
commemorated as the city anniversary.
|
City
Demography
|
Surabaya is located in the
Northen Coast of East Java Province. Geographically, it is located in
9’-7 ° 7 ° South Latitude and 112 ° 112 °
36’-57’ East Longitude. Surabaya city borders with Madura strait in the north
and east, Sidoarjo Regency in the south, and Gresik Regency in the west.
Surabaya areas are mainly lowlands, with the height between 3 to 6 ms above
sea level except in the south, there are 2 gently sloping hills altitude
between 25 – 50 ms above sea level. In Surabaya, there is river estuary of
Kalimas, one of the two fractions of Brantas River. Administratively,
Surabaya is divided into 163 districts and 31 sub districts with the total
population reaches 2.9 Million people at night and it doubles up to 5.6
Million people at day due to many people coming from the neighboring cities
working in Surabaya.
|
Peaceful
Socio-Cultural Life
|
The symbol of battle between Sura
the shark, and Buaya the crocodile which later became the symbol of Surabaya
is presenting the heroic spirit and bravery character of its people.
Originally, the character of Surabaya people is egalitarian and open. The
mixture of cultures is marked with various ethnics living in the area, they
are Madurese in the north area, while around the famous tomb of Sunan Ampel,
we can find Arabian and Chinese.
The calling of Arek Suroboyo
(Surabaya Resident) came from kampong originally called Arek Kampong. That
calling soon became famous and has high prestige for the beholder for it
reflects togetherness with high solidarity, bravery, democracy, persistence,
and always open. Thus, anyone lives in Surabaya is called Arek Suroboyo.
|
Magnificent
Economy
|
Since early 20th century, surabaya
has been known as the busiest port and largest city in the Ducth East Indies
colony area. Surabaya has grown into one of the important trading port cities
in Asia, equal to Calcutta, Rangoon, Singapore, Bangkok, Hongkong, and
Shanghai.
The abundance production of sugar
and tobacco from the Brantas Valley which stretches from Jombang, Kediri, and
Madiun has led to the birth of modern economic institution, like banks,
insurance, and export- import companies. The high potential and economic
activity in the city makes more foreign newcomers are interested to start a
business or to work, and then settle in Surabaya.
To date, Surabaya economic growth
is always above the East Java Province and even National economic
growth. Real sector manages to encourage economic growth of Surabaya in
year 2009 to face the global economic crisis. This can be seen from the
achievement of 2008, when the city economy was growing above 6%, not to
mention its position as a commercial storefront in Eastern Indonesia. In
2009, the city was awarded as the best cost effectiveness city among 133
Asian future cities by Financial Times Magazine.
|
The
Green and Clean Environment
|
As a metropolis which faces
challenges in environment problems, Surabaya has committed to preserve its
environment and make it into a green city. Various leading projects have been
done, such as holding the Green and Clean Competition among its kampongs, Car
Free day in several boulevards, Community-based Waste Management, Mangrove
Conservation, etc. Such programs have driven Surabaya to the leading position
in Environment Preservation proven by the many national and international
awards given to the city, they are: Adipura (National highest award as the
cleanest city), Adiwiyata (national highest award for environmentally
friendly school), Kalpataru (national award for person who succeed in
preserving environment) for many years simultaneously, Energy Globe Award
2005, Green Apple Award 2007, ASEAN Environment Sustainable City, Indonesia
Green Region Award 2011, Smart City Award 2011, etc. n.
|
Sejarah Kota
Surabaya Kota Lama
Nama
Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama
Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu
sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di
kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni
pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan
tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian
ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya.
|
|
Awalnya
Surabaya adalah kawasan perkampungan atau pedesaan di pinggiran sungai.
Nama-nama kampung yang kini masih ada seperti Kaliasin, Kaliwaron,
Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting, Darmokali, dan sebagainya adalah
bukti yang menjelaskan bahwa kawasan Surabaya adalah kawasan yang
memiliki banyak aliran air / sungai. Secara geografis ini sangat masuk
akal, karena memang kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di
dekat laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya).
Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, merupakan wilayah yang menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang ramai. Peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya. Banyak pedagang Portugis membeli rempah-rempah dari pedagang pribumi. Di bawah kekuasaan Trunojoyo, Surabaya menjadi pelabuhan transit dan tempat penimbunan barang-barang dari daerah subur, yaitu delta Brantas. Sementara, Kalimas menjadi “sungai emas” yang membawa barang-barang berharga dari pedalaman. |
Asal Kata "Surabaya" dan Simbol "Sura dan Baya"Sejarah Kota Surabaya Per Periode
Sosial Ekonomi
Surabaya
merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah
Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan
geografisnya Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor
primer, sekunder, dan tersier di kota ini sangat mendukung untuk
semakin memperkokoh sebutan Surabaya sebagai kota perdagangan dan
ekonomi.
Bersama-sama sektor swasta saat ini, kota Surabaya telah mempersiapkan sebagai kota dagang international. Pembangunan gedung dan fasilitas perekonomian modern merupakan kesiapan Surabaya sebagai bagian dari kegiatan ekonomi dunia secara transparan dan kompetitif. |
Keberadaan
perbankan mulai dari bank sentral, bank swasta nasional devisa dan non
devisa, bahkan bank asing memperlihatkan perputaran uang dan modal yang
tinggi dan telah mengglobal. Perekonomian Surabaya cukup menggairahkan
dengan meningkatnya jumiah kredit untuk kegiatan modal kerja, investasi,
dan konsumtif, khususnya kredit modal dan investasi pada sektor
Industri dan perdagangan.
|
Kebudayaan
Budaya
Surabaya
merupakan kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam etnis migrasi
ke Surabaya. Sebut saja etnis Melayu, China, India, Arab dan Eropa
sementara etnis Nusantara sendiri antara Lain Madura, Sunda, Batak,
Borneo, Bali, Sulawesi datang dan menetap, hidup bersama serta membaur
dengan penduduk asli membentuk pluralisme budaya yang kemudian menjadi
ciri khas kota Surabaya.
Inilah yang
membedakan kota Surabaya dengan kota-kota di Indonesia. Bahkan ciri khas
ini sangat kental mewarnai kehidupan pergaulan sehari-hari. Sikap
pergaulan yang sangat egaliter, terbuka, berterus terang, kritik dan
mengkritik merupakan sikap hidup yang dapat ditemui sehari-hari. Bahkan
kesenian tradisonal dan makanan khasnya mencerminkan pluralisme budaya
Surabaya.
Budaya daerah, tradisi dan
gaya hidup yang berbeda di setiap daerah merupakan daya tarik tersendiri
bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya daerah ini antara lain,
kesenian, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan kepercayaan.
Budaya Surabaya yang terkenal antara lain Undukan Doro, Musik Patrol dan Manten Pegon. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk melestarikan budaya kota Surabaya adalah dengan pemilihan Cak dan Ning Surabaya, yaitu duta budaya kota Surabaya. |
Kesenian
Kehidupan berkesenian Kota Surabaya tumbuh dengan baik. Kesenian tradisional dan modern saling melengkapi membentuk keragaman kesenian Surabaya. Kesenian tradisional tumbuh karena perjalanan sejarah melawan penjajahan zaman dahulu sampai saat ini tetap dilestarikan. Bentuk kesenian tradisional banyak ragamnya. Ada seni tari, seni musik dan seni panggung. Sudah sangat dikenal kalau Ludruk adalah kesenian rakyat asli Jawa Timur. Kesenian rakyat yang berasal dari Jombang ini, menjadi maskot budaya khas Surabaya, terutama tarian Ngremo – nya. Ludruk sudah ada sejak jaman Jepang sekitar tahun 1942. Dan menjadi sangat populer di Surabaya sejak zaman revolusi. Gending Jula-Juli Suroboyo, Tari Remo, Kentrung, Okol, Seni Ujung, Besutan, upacara Loro Pangkon, Tari Lenggang Suroboyo dan Tari Hadrah Jidor.
Sementara
kesenian modern juga tumbuh pesat. Sejumlah sanggar tari berkonsentrasi
mengembangkan perpaduan seni tradisional dan modern. Namun demikian
banyak group tari mengembangkan kreasi modern, misalnya Marlupi Dance,
Gito Maran.
Upaya untuk mewujudkan kehidupan berkesenian di Surabaya dikembangkan
Dewan Kesenian Surabaya (DKS) maupun perkumpulan-perkumpulan seni
teater, seni lukis dan musik. Pameran seni lukis maupun seni teater
seringkali diselenggarakan di Gedung Balai Pemuda. Sementara pagelaran
seni tari tradisional selalu digelar di Taman Hiburan Rakyat (THR) dan
Taman Budaya. Surabaya Symphony Orchestra (SSO) juga mengambil peran
penting dalam menumbuhkan seni musik di Surabaya.
Kebudayaan
Festival Hampir setiap tahun berbagai ragam festival diselenggarakan di Kota Surabaya. Penyelenggaraan festival tidak hanya dilakukan Pemerintah saja, banyak lembaga swasta ikut berperan menyemarakan berbagai kegiatan festival, antara lain festival Layang-layang, festival makanan khas Surabaya, festival perahu nelayan, Parner Raya dan sebagainya. Bahkan sejak setahun lalu pada bulan Juli dsetenggarakan festival tarian Yosakoi yang berasal dari kota Kochi-Jepang. Penyelengaraan festival ini merupakan wujud jalinan kerjasama kota kembar Surabaya-Kochi, dan menjadi agenda rutin kota surabaya. Makanan Khas Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan Rek ayo rek rame rame bebarengan. Mangan tahu jokdhi campur nganggo timun Malam minggu Ngak apik dhigawa nglamun. Santapan Nikmat Kuliner Surabaya Nah, daripada melamun, lebih baik kita berburu makanan khas Surabaya.Mulai Semanggi, Rujak Cingur, Lontong Balap, Soto Ayam, Sate Kelapa, Tahu Campur dan menu nikmat lainnya. Dijamin Enak Tenan....!!!.
Cagar Budaya
Cagar Budaya
Dokumentasi HJKS ke-719 Tahun 2012
Pada
Link dibawah terdapat kumpulan dokumentasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan Pemerintah Kota Surabaya dan Stake Holder Kota dalam
rangka Peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-719 Tahun 2012.
| ||||||||||||||||
Sumber: http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=26 | ||||||||||||||||